In this blog

  1. Motherhood & Parenting, click:

parenting

2. Traveling, click:

3. Review, click:

review mbakdina.com

 

My other blogs

Power pumping dengan medela swing maxi bagi ibu menyusui
Adv, Motherhood, Pregnancy and Maternity

Review Medela Swing Maxi Untuk Memperbanyak ASI dengan Teknik Power Pumping

Mungkin istilah power pumping sudah terdengar tidak asing lagi ya di telinga para busui alias ibu menyusui jaman sekarang? Apakah power pumping hanya perlu dilakukan bagi working mom yang mengejar stok ASI perah? Lantas apakah ibu menyusui yang berstatus stay at home mom (ibu rumah tangga) juga perlu melakukan power pumping? Bagaimana cara melakukan power pumping? Dan apakah pompa ASI Medela Swing Maxi nyaman untuk digunakan terutama ketika sedang power pumping? Pingin tahu lebih lanjut? Baca artikel ini sampai selesai ya, hihi.

Jujur, saya baru tahu istilah power pumping itu sekitar satu tahun yang lalu, saat menjelang kelahiran Hasan, anak kedua saya.

Baca juga: Pengalaman Melahirkan Normal Anak Pertama

Baca juga: Pengalaman Melahirkan Anak Kedua, Dari Kontraksi Palsu Hingga Kontraksi Sebenarnya

Dulu pemahaman saya tentang menyusui itu ya sebatas perlekatan yang benar, produksi ASI yang mengikuti prinsip supply and demand, pemerahan ASI, dan sejenisnya. Itupun sebenarnya pemahaman saya nggak mendalam, hiks.

Pengalaman Pahit Adalah Guru yang Berharga

Dan disitulah letak kesalahan saya, huhu. Alhamdulillah, memang Aisy (anak pertama saya) bisa ASI eksklusif sampai usia 6 bulan dan pemberian ASI tetap saya lanjutkan hingga usianya tepat 2 tahun. Namun sebenarnya itu dengan stok ASI yang terbatas bangeeettt.

Baca Juga: Pengalaman Menyapih dengan Cinta, Disapih Tepat Saat Berusia 2 Tahun

Udah badan saya kecil, makan saya sering telat-telat, seringnya nggak sesuai pedoman gizi “choose my plate“, dan jarang konsumsi suplemen tambahan, jadi kerasaaa banget kalau kualitas dan kuantitas ASI saya kurang.

ragu

Mengapa Saya Menyimpulkan Kualitas dan Kuantitas ASI Kurang?

Saya menyimpulkan demikian karena yang pertama, Aisy masih saja rewel dan merasa nggak kenyang setelah menyusui (saat usianya 4-6 bulan) dan yang kedua dari kurva berat badan Aisy yang susaaahhh banget naiknya. Saat itu saya masih tinggal di kabupaten terpencil, jadi jangankan konselor laktasi, dokter anak saja saat itu hanya ada 2 dan yaaa kurang cocok gitu , huhu.

Baca Juga: Pengalaman Mencacah di Daerah Terpencil

Dan diperparah dengan kondisi saya yang saat itu di fase idealis-idealisnya menjadi ibu. Mungkin karena anak pertama, jadi saya banyak membaca dari berbagai sumber dan forum diskusi tentang tumbuh kembang anak, menyusui, gendong menggendong, dan sebagainya tapi kemudian tidak dipelajari lebih dalam dan pinginnya serba yang terbaik untuk anak, tanpa melihat situasi dan kondisi. Jadi saat itu saya pinginnya yang serba sesuai dengan idealisme saya walaupun memang menurut saya hal tersebut juga nggak salah. Misal, pinginnya Aisy ASI eksklusif, MPASI serba home made tanpa gula dan garam sampai usia 12 bulan, gendongan juga pilih yang M-shape, yaa something like that lah. Sekali lagi, itu nggak salah. Cuma harusnya saat itu saya nggak memaksakan kehendak saya, tanpa menggali ilmunya lebih dalam.

Baca Juga: Review Gendongan SSC Cuddle Me

Baca Juga: Review Gendongan SSC Nana

Contohnya dalam hal ASI. Dulu Aisy kami bawa mudik dari Aceh ke Jogja saat usianya mendekati 3 bulan. Dan selama perjalanan itu Aisy sama sekali menolak untuk menyusui (maunya menyusui hanya sambil tiduran). Salahnya saya saat itu adalah tidak pumping untuk Aisy saat di perjalanan.

Saat itu memang saya tidak punya pompa ASI karena ngerasa nggak butuh, toh saya stay at home mom alias ibu rumah tangga (Dih, sombong bener ya, huhu). Eh ternyata saya salah besar, huhu. Pompa ASI itu tetap penting dan kepake, buibu jadi jangan ragu buat beli. Saat itu akhirnya saya mencoba memerah dengan tangan (marmet) tapi ASI nggak terkumpul-kumpul, 10 ml aja kadang nggak nyampe. Padahal udah cari video tutorialnya, tetap aja failed dan lecet-lecet, huhu.

kecewa

Akhirnya qadarullah sepulang dari mudik Aisy demam tinggi karena kurang ASI dan mungkin juga kecapekan di jalan. Waktu itu rasanya sediiihh banget, merasa ikutan menderita lihat anak sakit tanpa bisa berbuat banyak. Karena saat seperti itu ASI saya yang seret bertambah seret, karena stress dan dampak dari Aisy jarang menyusu ketika mudik. Pasti buibu udah hafal kan ya, prinsip ASI itu supply and demand, semakin jarang ASI dikeluarkan, produksinya akan semakin menurun. Dan itu terjadi pada saya.

Menjadi Ibu Pintar

Belajar dari pengalaman pahit tersebut, akhirnya di kehamilan kedua saya, saya ingin menjadi ibu yang pintar dan bijak sehingga mau nggak mau harus belajar lebih dan lebih, termasuk dalam hal menyusui. Sampai-sampai saya beli beberapa buku tentang kehamilan dan menyusui, salah satu judul buku favorit saya yang membahas tentang menyusui adalah Buku Pintar ASI dan Menyusui. Dan dari buku itulah saya akhirnya tergerak untuk membeli pompa ASI hingga akhirnya berhasil membujuk suami untuk membelikan pompa ASI, hihi.

Meskipun Menjadi IRT Saya Sangat Ingin Memiliki Pompa ASI, Mengapa?

Jawabannya karena saya ingin memiliki stok ASI yang mencukupi agar jika sewaktu-waktu dibutuhkan (misal ketika saya atau Hasan sakit, atau ketika akan pergi jauh) tidak perlu kelimpungan lagi. Selain itu saya juga ingin agar produksi ASI saya melimpah dan dapat memenuhi kebutuhan Hasan.

happy

Dan maasyaAllah proses menyusui Hasan bisa berjalan lebih mulus dibandingkan Aisy dulu. Namun sayangnya semenjak kami pindah ke Surabaya (saat Hasan berusia hampir 3 bulan) jujur saya jaraaang banget pumping, karena kami tidak membawa dan juga tidak berencana membeli kulkas karena berbagai pertimbangan. Dan karena jarang dipumping, lama kelamaan jadi kerasa banget kalau produksi ASI saya menurun! Kenaikan berat badan Hasan juga kurang bagus 3 bulanan ini, hiks.

Akhirnya saya yang merupakan ibu rumah tangga, yang sehari-hari hanya di rumah saja jadi memutuskan untuk power pumping, harapannya agar produksi ASI kembali melimpah. Jadi, nggak hanya working mom yang stok ASIP nya menipis aja yang butuh power pumping, IRT yang merasa ASI nya kurang baik karena benar-benar berkurang maupun karena anak dalam fase percepatan pertumbuhan (growth spurt) juga butuh untuk power pumping, hehe.

Mengenal Power Pumping

Power pumping adalah teknik yang berusaha menyerupai bayi menyusu 8 hingga 12 kali dalam 24 jam seperti saat bayi di sebulan pertama kehidupannya. Selama fase itu, bayi menyusu lebih sering, lebih kuat, dan lebih lama sehingga mudah memicu terlepasnya hormon prolaktin yang berpengaruh terhadap produksi ASI

Buku Pintar ASI dan Menyusui, F. B. Monika

Cara kerjanya adalah dengan mengosongkan payudara sesering mungkin, sehingga otak akan memerintahkan tubuh untuk kembali memproduksi ASI. Jadi, diharapkan setelah melalui proses power pumping ini, produksi ASI akan meningkat dan dapat memenuhi kebutuhan bayi, terutama jika bayi berada pada fase percepatan pertumbuhan yang membuat bayi menjadi lebih sering dan lebih banyak menyusu.

Bagaimana Teknik Power Pumping?

Power pumping dilakukan selama satu jam setiap hari secara konsisten di jam yang sama (misalnya setiap pagi atau bahkan saat dini hari ketika ASI banyak diproduksi) dengan mengikuti pola:

Cara power pumping
Skema Power Pumping

Tentunya power pumping ini tidak cukup hanya sekali saja dilakukan, namun butuh konsistensi. Ada yang berhasil (produksi ASI nya meningkat) di hari kedua, ada juga yang baru berhasil di hari ketujuh. Tiap busui bervariasi, jadi jangan stress ya kalau di hari ketiga belum terasa perbedaannya.

Tips Lancar Power Pumping

Adapun beberapa tips yang bisa dipraktekkan ketika akan melakukan power pumping sehingga dapat diperoleh jumlah ASI yang maksimal dan tentunya dengan kualitas yang maksimal, yaitu:

  • Pastikan dalam keadaan yang rileks. Ingat, busui nggak boleh stress, karena ngefeeekkk banget ke produksi ASI, trust me soalnya udah pengalaman 😂.
  • Konsumsi makanan dan minuman yang padat gizi, jika perlu bisa dengan suplementasi baik vitamin maupun susu. Jangan lupa juga untuk minum air putih yang banyak.
  • Tidur yang cukup, walaupun ketika power pumping pasti akan mengubah ritme tidur kita.
  • Sebaiknya gunakan pompa ASI saat power pumping, simply biar nggak pegel. Kalau tangan pegel yakin deh jadi nggak rileks (balik ke poin pertama). Sebaiknya pakai pompa apa ketika power pumping? Baca terus artikelnya sampai selesai ya, hehe.
  • Letakkan pompa ASI di tempat yang mudah dijangkau. Oh iya, kita tidak perlu kok mensterilkan pompa ASI setiap akan digunakan ke sesi selanjutnya. Karena masa simpan pompa ASI itu mengikuti masa simpan ASI.
    Penyimpanan ASI Perah dan pompa ASI
    Penyimpanan ASI Perah dan pompa ASI
    Jadi insyaAllah pompa ASI masih aman untuk digunakan kembali jika disimpan di suhu ruang kurang dari 4 jam. Kalau ada kulkas, akan lebih baik lagi jika pompa dimasukkan ke wadah dan disimpan di dalam freezer, jadi tidak perlu sterilisasi pompa setiap hendak pumping lagi.
  • Lakukan power pumping di jam yang sama, misal dini hari atau malam hari setelah makan malam. Fyi, biasanya kalau habis makan itu cepet banget dapat LDR (Let Down Reflex) alias refleks pengeluaran ASI. Karena makan = happy, happy = ASI deres, hehe.
  • Jangan berpatokan pada hasil. Camkan ya buibu, kalau baru pertama pumping terus cuma dapat sedikiiitttt harus tetap bersyukur, apalagi ketika sedang power pumping. Kemarin saat pertama kali pumping setelah sekian lama nggak pumping, cuma dapat 20 ml aja, di periode berikutnya Alhamdulillah lumayan naik jadi 50 ml 😉.

Power Pumping Pakai Apa?

Jawabannya sebenarnya bebas. Pakai metode marmet (manual dengan tangan) bisa, pakai pompa ASI juga bisa, baik pompa ASI manual maupun pompa ASI elektrik. Semua kembali ke kenyamanan.

ok

Jangan sampai karena ingin menghemat budget ujung-ujungnya puting lecet, tangan pegel-pegel, atau bahkan pompa ASI mudah rusak akibat dari salah memilih pompa ASI. Sebagai ibu pintar, kita harus cermat dalam memilih pompa ASI, karena pompa ASI merupakan investasi yang insyaAllah bakal kepakai banget untuk anak kita (dan adik-adiknya kelak, hehe).

Jika ingin nyaman, maka saran saya pilihlah pompa ASI elektrik yang memang sudah teruji kualitas dan performanya, misalnya yang kemarin saya gunakan adalah merk Medela Swing Maxi.

Mengapa Memilih Pompa ASI Medela?

Sepertinya hampir semua busui di berbagai belahan dunia dari dulu hingga sekarang sudah nggak asing lagi dengan brand Medela ya. Brand asal Switzerland ini telah berdiri sejak tahun 1964 dan telah hadir di Indonesia selama lebih dari 20 tahun. Produknya yang hospital grade biasa digunakan di berbagai rumah sakit untuk digunakan memompa ASI oleh ibu yang baru saja melahirkan.

review pompa asi elektrik medela swing maxi

Mungkin karena itu juga, banyak ibu yang akhirnya percaya dengan Medela, karena sudah mencoba performa dan kenyamanannya selama berada di rumah sakit. Banyak rumah sakit dan juga ahli profesional dunia yang percaya dengan brand Medela tentunya karena produk-produk Medela itu tidak sembarangan dibuat, melainkan berdasarkan riset klinis. Di Indonesia sendiri produk Medela telah mendapatkan ijin edar dari Kementerian Kesehatan RI.

Selain itu, produk-produk Medela juga lengkap dan dapat dijadikan solusi bagi para ibu menyusui. Mulai dari kelengkapan pompa ASI nya baik yang manual maupun elektrik, single maupun double pump, penyimpanan ASI, sampai masalah pada puting. Komponen pompa ASI medela juga terbilang compact, alias nggak terlalu banyak printilannya. Dan yang terpenting lagi, sparepartnya mudah ditemukan jika suatu saat ada bagian yang rusak maupun hilang.

Kenapa penting? Karena jika sparepart susah ditemukan kebayang sendiri repotnya, misal ketika kita sendiri harus request untuk impor dari pabrik pembuatnya. Dan ujung-ujungnya ketika sparepartnya susah didapatkan pompa ASI jadi tidak dapat digunakan kembali. Duh, sayang kan ya? Alhamdulillah kalau menggunakan pompa ASI Medela insyaAllah nggak akan kesulitan dalam mencari sparepartnya.

Review Medela Swing Maxi Untuk Power Pumping

Medela Swing Maxi merupakan salah satu jenis pompa ASI Medela favorit ibu menyusui. Medela Swing Maxi dapat dioperasikan dengan metode single pumping maupun double pumping. Sebelum mengoperasikan pompa ASI Medela Swing Maxi, ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu bagian-bagian dari pompa ASI Medela Swing Maxi.

Bagian-Bagian Medela Swing Maxi

Bagian-bagian Medela Swing Maxi menurut saya tidak terlalu banyak ‘printilan‘nya, sehingga kegiatan memompa ASI menjadi lebih mudah.

Bagian-bagian Medela Swing Maxi.jpg
Bagian-bagian Medela Swing Maxi.jpg

Sebelum digunakan untuk memerah ASI sebaiknya bagian-bagian pompa ASI Medela Swing Maxi disterilisasi terlebih dahulu baik dengan menggunakan sterilizer maupun direbus di air mendidih. Bagian pompa ASI yang perlu disterilkan adalah botol, dasar corong, tutup transparan, membran, dan corong.

Selang tidak perlu disterilkan ya buibu, karena karena Medela Swing Maxi menggunakan closed system, sehingga bagian selang tidak berhubungan langsung dengan ASI. Begitu pula dengan bagian motor, tidak perlu dicuci apalagi disterilkan ya 🙂

Bagian-bagian pompa Medela Swing Maxi yang ringkas alias tidak terlalu banyak ‘printilannya’ ini sangat memudahkan ketika akan dibersihkan. Selain itu, tidak ada bagian yang sulit dijangkau ketika dibersihkan, sehingga meminimalisir munculnya kerak bekas ASI yang mengering.

Mengoperasikan Pompa ASI Medela Swing Maxi

Pompa ASI Medela Swing Maxi dirancang untuk dapat digunakan baik ketika single maupun double pumping. Ketika menggunakan mode double pumping, kita bisa menggunakan bra khusus sehingga bisa hands free. Begitu juga ketika dalam mode single pumping, bedanya ketika single pumping, sisa selang dimasukkan ke dalam colokan selang yang tersedia. Untuk detailnya bisa dilihat pada gambar berikut ini:

medela swing maxi double pump
Medela Swing Maxi Double Pump
medela swing maxi single pump
Medela Swing Maxi Single Pump

Medela Swing Maxi merupakan pompa ASI elektrik yang dapat dioperasikan baik dengan menggunakan adaptor listrik, baterai AAA, maupun dengan menggunakan powerbank. Jadi mudah banget untuk dibawa-bawa berpergian.

Selain itu, ketika berada diluar kita bisa mengandalkan baterai atau powerbank sehingga tidak harus harus bergantung dengan ketersediaan listrik. Dibagian belakang motornya juga terdapat jepitan sehingga lebih mudah diletakkan. Untuk colokan selang baik ke botol ASI maupun ke bagian motor juga cukup kuat, jadi tidak mudah lepas saat digunakan.

Motor (Mesin) Pompa ASI Medela Swing Maxi

Sebagaimana yang telah saya singgung diatas, produk Medela dibuat berdasarkan riset klinis, sehingga untuk bagian motor (mesin) Medela Swing Maxi ini sangat terasa sekali kemiripannya dengan ritme isapan bayi . Suara dan getaran yang dikeluarkan juga cukup halus.

Motor Medela Swing Maxi. Tombol atas untuk fase pijatan, tombol bawah untuk fase memerah, serta tombol + dan – untuk menaikkan dan menurunkan tekanan

Dan yang terpenting adalah performa pompa ASI Medela Swing Maxi. Menurut saya performanya sangat baik. Karena Medela Swing Maxi dilengkapi dengan 2 tahapan memerah, yang dimulai dari fase pijatan dan kemudian otomatis beralih ke fase memerah. Untuk tekanannya juga dapat dinaikkan (dengan menekan tombol bertanda +) maupun diturunkan (dengan menekan tombol bertanda -) sesuai dengan kenyamanan kita.

Awal power pumping dengan Medela Swing Maxi

Pemerahan dengan menggunakan Medela Swing Maxi juga memancing LDR berkali-kali sehingga dapat memerah ASI lebih banyak dalam waktu yang lebih singkat. Menurut saya pompa ASI Medela Swing Maxi ini sangat cocok digunakan untuk power pumping, karena mampu membantu mengosongkan payudara secara lebih efisien dibandingkan pompa ASI yang lain. Dan juga insyaAllah tangan nggak pegel dan puting nggak lecet saat harus power pumping jika dibandingkan dengan menggunakan pompa ASI manual.

Well, sekian dulu review dari saya, barangkali ada yang mau menambahkan pengalaman maupun reviewnya menggunakan Medela Swing Maxi, ditunggu ya sharenya di kolom komentar 🙂

Salam,

Dina Safitri

3 thoughts on “Review Medela Swing Maxi Untuk Memperbanyak ASI dengan Teknik Power Pumping

  1. Alatnya bagus juga…tapi ada 1 hal yang harus tetap dijaga – apa pun itu metodenya – menurut pengalaman saya sebagai seorang suami hal yang paling penting untuk istri/ibu mulai dari mengandung sampai menyapih bayi dari susuannya adalah “hindari stress”. Ini tugas yang tidak mudah tapi besar pahalanya 😀

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *