In this blog

  1. Motherhood & Parenting, click:

parenting

2. Traveling, click:

3. Review, click:

review mbakdina.com

 

My other blogs

mengatasi bisul pada anak
Health n Beauty, Motherhood, My Family, Tips

Mengatasi Bisul Pada Anak (Balita)

Assalamu’alaikum.. Halo semuanya, kali ini saya mau sharing tentang cara mengatasi bisul pada anak. Qaddarullah Aisy (anak pertama saya) semenjak lebaran 2 tahun yang lalu (tahun 2016) sangat sering terkena bisul. Dan bisulnya itu banyak dan besar-besar, hiks. Sudah berkali-kali ganti dokter mulai dari dokter anak, dokter umum, baik lagi ke dokter anak yang lain, ke dokter umum yang lain, begituuuuu terus, sampai kami bingung bagaimana cara mengatasi bisul pada anak kami.

Aisy (saat itu berusia hampir 1,5 tahun lebih) sepertinya tidak alergi terhadap kacang, karena sebelum-sebelumnya kami (saat itu dia masih menyusui) baik-baik saja meski habis makan banyak kacang. Hingga suatu ketika, setelah kami makan banyak kacang bawang, saya terkena bisul. Kacang bawang tersebut kami beli mentah di toko yang menjual bahan-bahan untuk kue dan roti, bisa jadi mungkin kacangnya kurang higienis. Bisul yang saya derita saat itu hanya 1 tapi qaddarullah besar dan bengkak karena tidak ditreatment (kompres hangat) dengan baik. Pada awalnya saya tidak tahu sama sekali kalau itu bisul, karena sejauh yang saya ingat, masyaAllah di masa kecil sampai saat itu saya belum pernah menderita bisul, jadi belum tahu kalau itu bisul, belum tahu ciri-ciri bisul, belum tahu kalau ternyata bisul semenyiksa itu, dsb.

Baca juga: Curhatan Mahasiswa TPHP

Setelah bisul saya sembuh (dengan sendirinya), qaddarullah Aisy mengalami hal yang sama. Saya lupa dimana bisul pertamanya, kalau tidak salah di dahi dekat rambut. Yang jelas bisulnya juga besar dan sepertinya sangat menyakitkan. Awalnya kami home treatment saja, namun karena tidak kunjung sembuh, akhirnya kami bawa berobat. Saat itu dokter anaknya hanya meresepkan salep antibiotik dan nggak ngefek, qaddarullah. Sebelumnya Aisy juga diberi salep hitam, juga nggak ngefek, huhu.

Hingga akhirnya sembuh, selang beberapa hari muncul lagi bisulnya. Hilang satu, tumbuh lagi, beegitu terus, hiks. Akhirnya kami berobat lagi, dan diresepkan sirup kering cefixime dan salep. Qaddarullah nggak sembuh juga. Berobat lagi ke dokter anak yang lain, saya jelaskan riwayat obat-obat yang Aisy konsumsi, sehingga akhirnya dicobakan antibiotik dosis tinggi, yaitu cefadroxil, hiks. Biidznillah kalau Aisy minum cefadroxil, bisulnya bisa sembuh dan mengempes sendiri. Cuma saya khawatir dengan efek sampingnya jika digunakan jangka panjang.

Oh iya, setiap kali periksa, saya menceritakan awal mula Aisy terkena bisul, yaitu karena konsumsi kacang. Namun, kata para dokter, bisul itu bukan reaksi alergi terhadap makanan, tapi disebabkan karena adanya infeksi bakteri Staphylococcus aureus, intinya karena kurang menjaga kebersihan. Tapi jujur saya masih heran dan kurang percaya, hihi. Soalnya masyaAllah Aisy ini sukaaa banget mandi, kadang bisa sampai 4x sehari mandi, setiap mandi pagi dan sore saya keramasin dan air kamar mandi saya beri cairan desinfektan. Sprei dan sarung bantal guling juga diganti secara berkala, mainan tanah, pasir, dan yang kotor-kotor lainnya bisa dibilang juaraaanggg banget, di rumah juga nggak ada hewan peliharaan, dsb.

Namun karena saya akhirnya menyakini (setelah konsul ke beberapa dokter dan membaca artikel kesehatan yang terpercaya), bahwa bisul itu muncul akibat infeksi bakteri. Sehingga kami nggak terlalu strict dengan apa yang saya dan Aisy makan, kecuali kacang karena saya masih trauma dan juga telur (walaupun sesekali masih makan). Tetap saja bisul itu muncul di Aisy, di wajah, di kepala, di mata, di pipi, di dagu dan bawah hidung, di dada, bahkan sampai di kaki, hiks.

Mengatasi bisul pada anak

Qaddarullah saat adeknya lahir pun juga sempat ikut terkena bisul (saat berusia sekitar 1 minggu). Kurang tahu penyebabnya apakah ketularan kakaknya atau dari yang saya konsumsi. Karena masih newborn, akhirnya saya home treatment dengan rajin-rajin dikompres air hangat.

Mengatasi bisul pada anak
Awalnya saya kira kipi BCG, tapi setelah dikonsulkan, ternyata bisul :(. Sempat ada juga di kepala dan dekat pipi

Baca Juga: Cerita Persalinan Pertamaku

Baca Juga: Cerita Persalinan Keduaku

Kami sempat berada di tiitik males berobat, karena pasti ujung-ujungnya diresepkan cefadroxil, sehingga akhirnya tiap Aisy menderita bisul yang banyak dan besar-besar, kami berikan cefadroxil. Bahkan saat akan pindah dari Kutacane (Aceh) ke Surabaya pun Aisy masih menderita bisul, sehingga suami saya berinisiatif membeli 3 botol cefadroxil untuk cadangan selama di Surabaya (jangan ditiru ya, huhu). FYI, disini kami masih bebas membeli antibiotik dan obat-obatan yang memerlukan resep dokter :(.

Baca Juga: Review Dokter Kandungan di Medan

Selama di Surabaya Aisy masih saja menderita bisul walaupun masyaAllah tidak separah saat dia masih di Aceh. Saat imunisasi adeknya di Puskesmas, kami pun berniat untuk sekalian memeriksakan Aisy (kebetulan saat itu sedang batuk dan juga bisul). Sama seperti kata dokter-dokter sebelumnya, dokter umum yang memeriksa di puskesmas berkata bahwa bisul ini karena adanya infeksi bakteri, namun bisa coba untuk menghindari makan telur dan juga AYAM.

Mendengar saran dari dokter tersebut, kami jadi merasa tersadarkan. Subhanallah, dari dulu nggak kepikiran sama sekali untuk menghindari makan ayam. Kami memang menghindari telur (walau nggak benar-benar menghindari) tapi hampiiiirrrr tiap hari makannya ayam, karena saat di Aceh dulu daging-dagingan mahal (FYI, daging di Aceh itu muaahaaal, salah satunya karena adanya tradisi meugang), seafood yang segar cuma ada setiap hari sabtu karena jauh dari pantai, dan suami nggak suka ikan air tawar, jadilah kami sering banget makan ayam. Ditambah Aisy juga suka makan ayam terutama bagian paha atas (FYI lagi, Aisy dulu susaaaaaahhhh banget makannya, dikiiiittttt banget makannya, makanya beratnya minim banget, hiks).

Baca Juga: Review Gendongan SSC Nana

Baca Juga: Review Gendongan Cuddle Me

Alhamdulillah, biidznillah setelah kami diet ketat ayam (untuk Aisy) masyaAllah sekarang bisul Aisy udah tinggal dikiiit banget dibandingkan yang dulu. Pun bisulnya masyaAllah yang sekarang ‘hanya’ bintik-bintik merah kecil. Qaddarullah belum sembuh-sembuh karena tangannya nggarukin teruuus, terutama kalau pas mau tidur. Serba salah, kalau diingetin nggak jadi tidur dan bisa berakhir nangis/tantrum, tapi kalau didiemin yaa gitu deh, huhu.

Oh iya, dulu saat di Aceh, salah satu upaya yang saya lakukan untuk berusaha ‘mencegah’ bisul adalah dengan menuangkan desinfektan ke bak mandi dan juga memandikan Aisy dengan sabun antiseptik. Nah, ternyata saya salah, huhu. Ternyata sabun antiseptik (saya pakai merk D****l) ini, justru tidak dianjurkan untuk digunakan pada anak yang berusia dibawah 3 tahun karena pHnya yang tidak cocok untuk kulit batita, yang salah satu akibatnya membuat kulit jadi kering. Nah, kulit yang kering ini justru tidak baik bagi anak-anak, karena anak-anak itu justru aslinya dan sebaiknya kulitnya lembab. Jadi tetap pakaikan sabun yang diformulasikan untuk anak ya..

Baca Juga: Review Mustela Bebe

Alhamdulillah, lega banget bisa tahu akar permasalahan (pencetusnya), harapannya semoga nggak perlu ketergantungan sama obat lagi, apalagi obat yang dikonsumsi antibiotik dosis tinggi, hiks. Intinya memang selain menjaga kebersihan rumah dan badan, ternyata juga harus memperhatikan apa yang kita makan. Untuk kasus Aisy, dia harus menghindari ayam dan telur supaya nggak terkena bisul lagi (biidznillah). Kalau untuk ayam kampung dan telur kampung belum kami cobakan, karena saya masih belum PD memasak dan mengolah ayam kampung, hihi.

Well, sekian dulu sharing saya, kalau ada yang salah tolong dibenerin ya, scara bukan orang medis dan hanya sharing pengalaman aja, hihi. Mungkin teman-teman mau sharing tentang bisul dan cara mengatasinya? Boleh banget ya sharing di kolom komentar^^.

Salam,

Dina Safitri

7 thoughts on “Mengatasi Bisul Pada Anak (Balita)

  1. Alhamdulillah langsung ketahuan penyebabnya ya, Mbak. Kalau enggak itu yang duh susah ngatasinnya. Anakku juga sempat kayak gini, tapi ternyata karena nggak tahan perubahan suhu yg terlalu drastis.

Tinggalkan Balasan ke Dina Safitri Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *