In this blog

  1. Motherhood & Parenting, click:

parenting

2. Traveling, click:

3. Review, click:

review mbakdina.com

 

My other blogs

Pengalaman Ketika gendang telinga ketarik
Budget Traveling, Curhat, Health n Beauty, Kisah Nyata

Pengalaman Ketika Gendang Telinga Ketarik

Assalamu’alaikum.. Halo teman-teman semua, adakah yang pernah ngalamin gendang telinga ketarik? Nah, kali ini saya mau share pengalaman saya, sekitar ramadhan tahun 2016 yang lalu ketika didiagnosa dokter spesialis THT bahwa gendang telinga saya ketarik. Emang gendang telinga bisa ketarik? Kok bisa? Gimana rasanya? Cara mencegahnya gimana? InsyaALLAH akan saya tulis sesuai pengalaman saya ya. Semoga bermanfaat..

Menjelang ramadhan dan saat ramadhan tahun 2016 lalu kami (saya, suami, dan Aisy) menempuh perjalanan udara dengan total waktu penerbangan yang memang lebih lama dari biasanya, karena mondar-mandir sana-sini dengan pesawat ‘demi’ menghemat budget, hihi. Setidaknya dalam rangkaian perjalanan tersebut kami singgah di 7 kota, sehingga kondisi tubuh saya jadi ngedrop. Demam ringan dan juga hidung meler. Terlebih saat itu saya masih menyusui Aisy dan mencoba untuk berpuasa.

Qaddarullah, dalam penerbangan menuju Jakarta (saat itu saya sudah tidak demam) hidung saya meler banget (belum pilek). Nah, saat awak kabin mengumumkan bahwa kami akan landing, telinga saya terasa sakit, mungkin karena perbedaan tekanan, pikir saya. Karena beberapa kali saya juga merasakan sakit telinga saat akan mendarat. Terutama saat menggunakan susi air. Oh iya, saat itu saya memang tidak menggunakan earplug. Dan puncaknya adalah ketika pesawat hampir sampai di landasan, terdengar suara “KREEEEEKKK” yang sangat keras dari dalam telinga kanan saya.

Baca juga:

Ini 7 Tips Traveling Hemat Ala Saya

Pengalaman Terbang Dengan Susi Air

Sontak saya kaget dan lumayan takut karena seumur-umur belum pernah begini. Ketika di bandara sesekali telinga kanan saya masih berbunyi namun tidak sekeras yang pertama. Saat itu kalau tidak salah kami menginap 1 malam di Jakarta kemudian melanjutkan perjalanan ke Jogja.

Baca juga:

Traveling dengan Bayi dan Anak-Anak, Bawa Apa Aja Ya?

Hari pertama sampai di Jogja saya masih merasa agak sehat, hanya sedikit pilek dan demam ringan. Saat itu saya masih bisa ngobrol sama pakde, bude, simbah dan sepupu saya. Bahkan sempat bertemu dan ngobrol dengan teman SMA saya. Namun malam harinya saya merasa semakin kurang sehat, rasanya pusing dan juga demam. Hingga rasanya badan nggak sanggup buat ngapa2in sampai keesokan harinya. Bener-bener luemeeesss banget nget nget dan kalau nggak salah ingat sudah mulai demam tinggi.

Sampai akhirnya siang harinya saya bener-bener udah nggak kuat banget buat ngapa-ngapain. Di tanggal tersebut suami sebelumnya telah booking penginapan. Saat perjalanan di motor menuju penginapan rasanya saya hampir mau pingsan. Ketika suami tanya rute jalan, saya udah nggak sanggup lagi untuk menjelaskan, akhirnya sambil tanya2 orang di jalan. Pun saat check in dan menuju kamar hotel saya merasa seperti ‘mayat berjalan’, rasanya kayak bener-bener udah lemes banget, udah kepikiran kayak mau meninggal, udah sempat berhalusinasi. Seumur-umur baru kali itu saya demam seperti itu.

Baca Juga:

It’s Staycation Time!

Suami pun khawatir melihat kondisi saya yang demikian. Akhirnya dini hari saya meminta suami untuk membelikan paracetamol untuk meredakan nyeri dan demam saya. Oh iya, saat itu telinga kanan saya juga terasa sakit. Sehingga akhirnya kami putuskan untuk periksa ke dokter spesialis THT keesokan harinya.

Alhamdulillah praktek dokter spesialis THT nya tidak jauh dari rumah pakde saya, di daerah Jalan Bantul. Dan Alhamdulillah dokternya perempuan. Namun sayangnya prakteknya baru buka malam hari dan antriannya buanyak.

Saat giliran periksa tiba, saya menjelaskan keluhan yang saya alami (telinga saya yang mengeluarkan bunyi dari dalam, demam tinggi, tidak selera makan sama sekali, pilek, dan sakit gigi), dokter tersebut memeriksa saya dan kemudian meresepkan beberapa obat yang harus saya konsumsi. Kalau tidak salah sekitar 4 jenis obat, salah satunya antibiotik. Alhamdulillah saat itu kondisi saya mulai membaik walaupun masih sangat susah untuk makan dan mengunyah.

Kata dokter spesialis THT tersebut, saya menderita gendang telinga ketarik. Sebenarnya saya masih belum paham mengapa bisa gendang telinga saya ketarik. Kata dokternya tidak ada tratment khusus untuk gejala ini, yang diperlukan ‘hanya’lah menunggu, bersabar, hingga akhirnya telinga saya bisa kembali normal. Oh iya, sejauh yang saya rasakan, Alhamdulillah saya tidak merasakan adanya penurunan fungsi mendengar, masyaALLAH. Namun sesekali saya masih mendengar ada bunyi “krek” dari dalam telinga saya dan terkadang telinga saya juga terasa nyeri.

Baca Juga:

Review Dokter Spesialis Kandungan di Medan

Hingga akhirnya saya kembali ke Kutacane (Aceh Tenggara), saya masih merasa sangat menderita. Subhanallah benar-benar mempengaruhi aktivitas saya sehari-hari. Telinga saya masih terasa sakit bahkan hingga terjadi pembengkakan di bagian wajah sebelah kanan sampai ke leher. Rasa sakitnya benar-benar tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata (semoga bisa menjadi penggugur dosa, Aamiin), sehingga tak jarang saya menghabiskan banyak waktu diatas kasur. Hingga akhirnya sebulan setelahnya baru rasa sakit itu perlahan berangsur berkurang.

Sebenarnya saya masih belum tahu penyebab gendang telinga saya ketarik. Namun kemungkinan besar disebabkan karena akumulasi dari hal-hal yang saya alami sebelumnya, misalnya terbang tanpa menggunakan earplug ditambah jam terbang yang lumayan tinggi, saat terbang saya sedang ‘meler’ sehingga mungkin cairan yang ada di hidung saya menjadi salah satu penyebab munculnya infeksi di telinga (bener ngga ya? Soalnya salah satu gejala infeksi itu demam tinggi kan ya?), dan juga mungkin karena perbedaan tekanan udara saat terbang.

Pokoknya setelah kejadian tersebut saya nggak pernah mau lagi terbang tanpa earplug, kapoookkk banget rasanya. Karena MasyaAllah kalau pakai earplug walaupun masih terasa sakit tapi nggak sesakit kalau tanpa earplug. Oh iya, earplugnya bisa pakai yang mana aja, saya biasanya lebih suka pakai yang silikon bening itu, tapi kadang juga pakai earplug yang warna orange merk 3M ya kalau ngga salah? Yang jelas kalau pakai headset nggak ngaruh kalau di saya, huhu. Kalau earplug untuk anak-anak dan baby, kami pakai yang merk Marck’s yang didesain untuk bayi dan anak-anak, walaupun sayangnya sering jatuh di pesawat dan berakhir hilang, huhu.

Pesan pentingnya: Kalau mau terbang, usahakan banget untuk selalu pakai earplug ya, terutama kalau sedang pilek.

Teman-teman adakah yang pernah mengalami hal yang serupa? Bagaimana treatmentnya, berapa lama pulihnya? Share yuk di kolom komentar^^

Salam,

Dina Safitri

13 thoughts on “Pengalaman Ketika Gendang Telinga Ketarik

  1. Mbk sy dr tht, td cek, ktny berdengung krn gendang telinga sy ketarik, n suruh tes pendengaran, pdhl pendengaran sy bgus, sy hrus gmn,

      1. Hallo mb dina… Sy jg sedang mengalami gendang telinga ketarik. Bsa sembuh seperti sedia kala tidak mba gendang telinga nya?

  2. Halo mba, saya juga sedang mengalami gendang telinga yg ke tarik. Apa yg mba dina lakukan untuk penyembuhan dan berapa lama sampai bisa pulih mba?

  3. Hallo mba Dina, Sebulan lalu telinga saya berdenging setelah periksa ke THT ternyata gendang telinga yg tertarik ke dalam. Izin bertanya penanganan apa yg dilakukan mba Dina untuk bisa sembuh dan berapa lama sampai bisa sembuh?

    1. seingat saya untuk berobatnya dengan antibiotik dan beberapa oobat lainnya.. Untuk mulai kembali normal sekitar beberapa bulan, tapi menuruut saya tetap ada penurunan fungsi dengar mba.. ssemogaa lekas sembuh ya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *